Saat ini sudah cukup banyak masyarakat yang peduli terhadap lingkungan. Mereka yang sudah aware
terhadap alam menunjukkan rasa pedulinya dengan berbagai cara, ada yang
berwirausaha menggunakan barang-barang bekas dan ada pula yang selalu
menggunakan benda-benda yang ramah lingkungan. Contoh usaha menggunakan
barang-barang bekas adalah merecycle
plastik, kertas, atau pun daun menjadi benda-benda yang berguna,
misalnya tas, sepatu, buku, dan masih banyak lagi. Benda-benda yang
dihasilkan dari barang-barang bekas ini tidak kalah bagus dan menariknya
dibandingkan dengan benda-benda buatan pabrik atau bahkan rancangan designer luar negeri.
Cara
lain yang bisa kita lakukan untuk menjaga lingkungan adalah dengan
selalu membuat inovasi yang mampu menjaga kelestarian lingkungan.
Beberapa inovasi berbasis alam adalah T-Man, yang dibuat oleh mahasiswa Unabaya pada tahun 2012, yaitu waterbike yang dirancang untuk keluarga dengan kapasitas empat orang, lalu ada juga Biopori, yang ditemukan oleh bapak Dr. Kamir R Brata, M.Sc (salah satu peneliti dari IPB), yaitu
lubang dengan diameter 10-30 cm dengan panjang 30-100 cm yang ditutupi
sampah organik yang berfungsi untuk menjebak air yang mengalir di
sekitarnya sehingga dapat menjadi sumber cadangan air dan dapat membantu
pelapukan sampah organik menjadi kompos, dan masih banyak lagi inovasi
berbasis alam yang sudah ditemukan oleh manusia saat ini.
Jika
kita membicarakan tentang lingkungan, maka tanpa kita sadari kita juga
akan menyinggung tentang pejuang lingkungan. Apa itu pejuang lingkungan?
Menurut Bapak Kamilus Seran (www.rotendaokab.go.id),
pejuang lingkungan adalah orang yang berani dan rela berkorban untuk
membela lingkungan hidup dan mempertahankan kelestarian lingkungan alam.
Sekarang ini, sudah banyak sosok-sosok pejuang yang bisa kita temui,
sebut saja Ibu Galuh Saly yang berhasil melakukan pembibitan gaharu
lebih dari 1,6 juta pohon, Bapak Ishak Idris yang gigih melakukan
penanaman mangrove di kawasan Iboih seluas 32 hektar, dan masih banyak
lagi.
Sosok
di atas tidak hanya melakukan pembibitan atau pun penanaman saja,
tetapi juga melakukan sosialisasi ke berbagai lapisan masyarakat.
Terutama sosialisasi kepada anak-anak dan remaja karena didikan yang
baik harus dimulai sejak dini. Di Indonesia sendiri, pemerintah sudah
mulai menghargai para pejuang lingkungan. Buktinya dengan memberikan
penghargaan Kalpataru setiap tahunnya sekaligus untuk memperingati Hari
Lingkungan Hidup.
Saya sebagai mahasiswi Institut Pertanian Bogor, sangat berharap agar sosok-sosok seperti Ibu
Galuh dan Bapak Ishak terus bermunculan dan tidak memandang usia,
tingkat pendidikan, atau bahkan strata sosial. Karena menurut saya,
siapa pun berhak dan bisa menjadi seorang pejuang lingkungan, kalau
bukan kita generasi muda maka siapa lagi yang akan menjaga kelestarian,
mengubah sistem pertanian yang tidak relevan, dan menghentikan
eksploitasi terhadap sumberdaya di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar