Minggu, 04 Agustus 2013

Biografi Para Jurnalis Kelas Dunia



Untuk menjadi seorang jurnalis itu dibutuhkan rasa tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi. Karena para jurnalis selalu dituntut untuk mencari berita yang up to date dan mengupasnya habis hingga lahirlah berita ekslusif.

            Dalam postingan kali ini, saya ingin berbagi informasi mengenai beberapa biografi para jurnalis kelas dunia yang memiliki rasa tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi terhadap dunia jurnalisme. Biografi para jurnalis ini saya ambil dari artikel di kompasiana.com yang ditulis oleh Tassa Marita Fitradayanti dengan sedikit pengubahan.

1.      Mochtar Lubis

Mochtar Lubis, pengarang cerita pendek “Kuli Kontrak”, lahir pada tanggal 7 Maret 1922 di Padang, Sumatera Barat. Ia adalah seorang sastrawan, wartawan, pelukis, pembuat keramik, penanam anggrek dan penerbit. Tamat dari SD, ia masuk Sekolah Ekonomi di Kayutanam yang didirikan SM Latif. Ia pernah bekerja sebagai wartawan Antara, wartawan Merdeka, majalah Mutiara, Mingguan Masa dan Harian Indonesia Raya sampai tahun 1974, kemudian menjadi penanggung jawab majalah Horison (sejak tahun 1966), Direktur Yayasan Obor dan anggota Akademi Jakarta sejak tahun 1970 untuk seumur hidup. Pernah pula menjabat sebagai Presiden Press Foundation of Asia, anggota dewan pimpinan International Press Institute, anggota dewan pimpinan International Association for Cultural Freedom dan anggota Federation Mondial pour sur le Futur.

Cerita pendek “Kuli Kontrak” pertama kali disiarkan di majalah Siasat Baru, No.650, Tahun XIII, 25 November 1959. HB Jassin menggolongkannya sebagai sastrawan Angkatan 45.

Sejak jaman Jepang, Mochtar Lubis telah mulai aktif di bidang pers. Di zaman revolusi, sebagai anak muda Mochtar menghapi dua pilihan: masuk militer atau menjadi wartawan. Dia mengambil pilihan yang kedua. Koran yang didirikan dan dipimpinnya, Indonesia Raya dibrendel oleh Orde Lama maupun Orde Baru, sehingga ia terpaksa meringkuk dalam tahanan.

Mochtar Lubis meliput Perang Korea (1951), dan disamping laporan jurnalistik yang ditulisnya mengenai perang itu (Catatan dari Korea, 1952), beberapa cerpen lahir pula sebagai hasil pengalamannya di medan pertempuran itu. Buku Jurnalistiknya yang lain adalah Berkelana di Asia Tenggara.

2.      Jakob Oetama

Dr. (HC) Jakob Oetama lahir di Borobudur, Magelang, 27 September 1931. Om JO  adalah putra seorang pensiunan guru di Sleman, Yogyakarta. Setelah lulus SMA (Seminari) di Yogyakarta, ia pernah mengajar di SMP Mardiyuwana (Cipanas, Jawa Barat) dan SMP Van Lith Jakarta.

Om JO pernah  studi di Perguruan Tinggi Publisistik Jakarta dan Fakultas Sosial Politik UGM Yogyakarta. Bersama P.K. Ojong, ia mengelola majalah Intisari pada tahun 1963, yang mungkin diilhami majalah Reader’s Digest dari Amerika. Tahun 1965, bersama Ojong, Jacob mendirikan harian Kompas, dan dikelolanya hingga kini. Om JO juga merupakan Pendiri dan Anggota Dewan Kantor Berita Nasional Indonesia. 

3.      Bob Woodward

Robert Burns Woodward lahir di Boston pada 10 April 1917. Anak tunggal pasangan Margaret Burns, yang berasal dari Glasgow, dan Arthur Woodward, dari anteseden Inggris, ini  meninggal pada Oktober 1918, pada usia tiga puluh tiga. 

Prof. Woodward memegang lebih dari dua puluh gelar kehormatan yang hanya sedikit yang tercantum di sini: D. Sc Wesleyan University, 1945; D. Sc. Wesleyan University, 1945; D. Sc. Harvard University, 1957; D. Sc. Harvard University, 1957; D. Sc. University of Cambridge (England), 1964; D. Sc. Universitas Cambridge (Inggris), 1964; D. Sc. Brandeis University, 1965; D. Sc. Brandeis University, 1965; D. Sc. Israel Institute of Technology (Haifa), 1966; D.Sc. Israel Institute of Technology (Haifa), 1966; D. Sc University of Western Ontario (Canada), 1968;D.Sc. University of Western Ontario (Kanada), 1968; D. Sc Universite de Louvain (Belgium), 1970. Universite de Louvain (Belgia), 1970. 

Di antara penghargaan yang diberikan kepadanya adalah sebagai berikut: Medali John Scott (Franklin Institute dan kota Philadelphia), 1945; Backeland Medal (North Jersey Bagian dari American Chemical Society), 1955; Medali Davy (Royal Society), 1959; Roger Adams Medali (American Chemical Society), 1961; Pius XI Medali Emas (Akademi Kepausan Ilmu), 1969; National Medal of Science (Amerika Serikat), 1964; Medali Willard Gibbs (Chicago Bagian dari American Chemical Society), 1967; Lavoisier Medal (Societe de Chimique Perancis), 1968; Ordo Matahari Terbit, Kelas Kedua (Yang Mulia Kaisar Jepang), 1970; Hanbury Memorial Medal (Masyarakat Pharmaccutical dari Inggris), 1970; Pierre Brnylants Medal (Université de Louvain), 1970. 

4.      Oriana Fallaci

Lahir pada tanggal 29 Juni 1929 di Florence, Italia. Wartawan masa depan adalah salah satu dari tiga anak perempuan Edoardo dan Tosca (Cantini) Fallaci. Aktivisme politik terlahir dari kedua belah pihak: ibunya adalah bagian dari gerakan anarkis yang berkembang di Italia pada tahun-tahun setelah Perang Dunia I, sementara ayahnya terlibat dalam perlawanan anti-fasis melawan kediktatoran Benito Mussolini (1883 - 1945). Takdir politik Fallaci dibentuk oleh Perang Dunia II, ketika sebagai remaja ia aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pendudukan Nazi Italia. Dia tangguh pada saat peperangan terjadi. Akan tetapi, pada saat satu titik di kota kelahirannya berada di bawah pemboman udara berat dan setelah melarikan diri ke tempat perlindungan dengan keluarganya, ia menangis. Kemudian, ayahnya menatap matanya lekat dan berkata, “Seorang gadis jangan menangis,” kenang Fallaci dalam wawancara dengan Margaret Talbot untuk New Yorker. Dia mengaku bahwa itulah air mata terakhir yang pernah ia tumpahkan dalam hidupnya. 

Orang tua Fallaci mendorong anak perempuan mereka untuk mengejar keberhasilan akademis. Sehingga, pada tahun 1945 saat perang berakhir, ia masuk sekolah medis University of Florence. Ia segera menyadari bahwa ilmu pengetahuan bukanlah panggilan sejatinya dan memutuskan untuk mengikuti jejak paman dari pihak ayah, mencoba jurnalisme. Editor di Il Mattino dell’Italia centrale memberinya pekerjaan. Ia mulai menulis untuk surat kabar pada tahun 1946 sebagai reporter. Setelah 1951, karyanya muncul secara teratur dalam sebuah majalah disebut Epoca, dan kemudian di Europeo. Pada tahun 1958, bukunya yang pertama, Saya Sette peccati di Hollywood (Tujuh Dosa Hollywood), diterbitkan dalam bahasa Italia; pembuat film Orson Welles (1915-1985) menulis kata pengantarnya.

Keep following us on@JournalistcFair and @bemkmipb

“The less you know, the more you believe,” - Bono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar